Jumat, 17 Juli 2009

Selasa, 07 Juli 2009

Kerukunan Umat Beragama di Sumut

TWI Dairi, Icon Kerukunan Umat Beragama di Sumut
Sebagai barometer icon kerukunan antar umat beragama, Sumatera utara memiliki Taman Wisata Iman yang terletak di bukit Sitinjo, Dairi. Di areal seluas 13 hektar ini terdapat Gereja Oikumene, Mesjid lengkap dengan Ka’ bah dan Menara, Vihara, Pura dan Kuil dengan arsitektur khas Hindu Bali dan India.

Bagi yang Muslim tempat ini sangat cocok digunakan untuk latihan Manasik Haji, karena selain dilengkapi lapangan manasik haji dan sebuah mesjid juga terdapat fasilitas penginapan.
Bagi pemeluk agama Kristen-taman wisata iman merupakan salah satu alternatif tujuan wisata rohani seperti yang terdapat di Jerusalem. Di tempat ini terdapat Gereja Oikumene yang berdiri megah di perbukitan Sitinjo dengan latar belakang hamparan lembah dan perbukitan lengkap dengan air terjun.

Jadi Anda tidak perlu lagi menghabiskan uang jutaan rupiah untuk mewujudkan impian mengunjungi situs-situs rohani seperti yang ada di Jerusalem. Meski masih dalam tahap pembangunan anda bisa mengunjungi Taman Getsemane, 14 tahap perjalanan salib (Via Dolorosa), Bukit Golgota, kandang domba Betlehem yang telah dibangun menjadi sebuah gereja dan perjalanan nabi Musa saat menerima sepuluh perintah Allah.
Juga ditemukan patung Abraham saat menyerahkan anaknya Ishak sebagai kurban persembahan dan Gua Bunda Maria. Terdapat juga situs perjalanan Tuhan Yesus ketika mengadakan mukjizat 5 roti dan 2 ikan.

Bila anda dari Medan perjalanan dapat ditempuh sekitar 4 jam. Tempatnya persis berada di perbukitan Sitinjo, Kecamatan Sumbul kira-kira 10 km sebelum kota Sidikalang, Dairi. Sebelum memasuki areal ini anda akan disuguhi pemandangan yang sangat indah dipadu dengan hutan pinus yang sangat lebat. Dengan membayar karcis Rp 4000 anda sudah bisa menikmati tempat bersejarah ini. Bila belum selesai menjelajahi taman ini tersedia fasilitas penginapan yang lumayan murah Rp 150 ribu per kamar.

Taman ini juga dilengkapi fasilitas aula dan taman bacaan rohani. Selain dipergunakan untuk wisata iman, tempat ini sangat cocok sebagai tempat berlibur bersama keluarga. Taman wisata iman menyuguhkan panorama yang sangat indah dan cocok sebagai tempat refresing untuk menumbuhkan rasa cinta pada alam dan meningkatkan iman dan ketaqwaan pada Tuhan yang Maha Kuasa.

Tempat ini dilengkapi fasilitas keamanan, jongging track, aula
untuk kapasitas 200 orang, wisata sungai, restoran, mini market,asrama 17 kamar, parkir dan menyediakan wisata pernikahan.
Khusus untuk hari minggu dan hari libur lainnya pengunjung biasanya mencapai sekitar 2000-3000 orang. Dalam meningkatkan pendapatan asli daerah, taman wisata ini menjadi Perda No 4 tahun 2003. Yang menggagasi pembangunan wisata iman ialah Bupati Dairi DR MP Tumanggor sekitar tahun 2001.

Cinta Toleransi Antar Umat Beragama
Menurut Kepala bidang Pariwisata Dairi Drs Pardamean Silalahi dan Sekda Dairi Ir B Sinaga, timbulnya inspirasi Bupati Tumanggor membangun taman ini ketika sepulang perjalanannya dari Jerusalem. Waktu itu muncul idenya untuk membangun situs-situs sejarah seperti di Jerusalem. Sebagai Bupati yang religius dan mencintai toleransi antar umat beragama ia mengkonsep bangunan rumah ibadah lintas agama.

“Setelah itu Bupati membicarakan ide dengan tokoh agama dan masyarakat Dairi. Setelah idenya didukung dan mendapat sambutan hangat dari putra-putri Dairi maka taman wisata iman mulai dibangun sekitar tahun 2003. Untuk membangun taman ini dana dari APBD terbatas namun berkat dukungan dana dari putra daerah maka pembangunan ini terus berjalan ,” kata Silalahi

Dairi adalah salah satu kabupaten di Sumut memiliki luas wilayah 230 000 hektar dengan jumlah penduduk 270 000 jiwa. Nama ibukota Dairi adalah Sidikalang. Dairi terkenal penghasil kopi Sidikalang. Dairi memiliki tambang zeng dan timah hitam dengan jumlah deposit 20 juta ton.

Masakan Khas Batak

Masakan Khas Batak

Kalau Anda gemar makan ikan, terutama ikan mas, Anda harus mencoba Nani Arsik dan Natinombur. Kelebihan kedua masakan ini terletak pada penggunaan bumbu yang khas Batak, seperti bawang batak, kincung, andaliman di samping bumbu lainnya seperti lengkuas, kunyit, bawang merah dan kemiri. Bumbu tersebut ditaruh di atas ikan yang sudah dibersihkan, kemudian diungkep sampai matang, jadilah nani arsik. Dengan bumbu yang sama, kemudian dibakar, jadilah Natinombur.

Selain di rumah makan daerah dan restoran khas batak di Medan, masakan ini dapat ditemukan di Hotel Tiara Medan. Bahkan, pihak hotel tak segan-segan menampilkan menu yang kabarnya jarang disediakan oleh rumah-rumah makan khas daerah di Medan.

Masakan khas Batak Toba ini bahan utamanya bisa dari ikan mas, ikan nila, ayam, atau daging. Nah, bumbu-bumbunya ini asli dari tetumbuhan Batak sehingga dia dinamakan masakan khas Batak. Jenis bumbunya seperti bawang Batak, arsik, andaliman, kincung, kemiri, lengkuas, kunyit, dan bawang merah. Cara memasaknya tergolong unik. Ikan dilumuri bumbu dulu baru diungkep sampai matang. Setelah matang pun, tidak boleh dibuka supaya keharumannya tetap terjaga," jelas Budi sang koki yang mengatakan lebih enak lagi kalau dimasak secara tradisional menggunakan kayu bakar.

Masakan Batak Toba yang bukan ikan, salah satunya adalah nani lomang. Bahan dasarnya ayam atau daging giling. "Digilingnya pun agak kasar, tapi jangan terlalu halus. Daging dimasak dengan campuran bumbu bawang putih, bawang merah, dan santan kental," katanya lagi.

Setelah dicampur bumbu, lantas dimasak dalam bambu muda. Maksudnya, "Dibakar seperti lemang. Waktu masaknya relatif singkat. Cukup satu setengah menit. Makanya aroma bambu harus terasa," ujarnya mantap. Ikan Mas Nati Nombur mirip dengan arsik. Cuma bumbunya tanpa kunyit. Setelah bumbu digiling, lantas disiram di atas ikan dan siap dibakar. emm yummy...

Cara membuat Nani Ura

Hidangan ini merupakan makanan khas suku Batak. Berbeda dengan Arsik, makanan khas Batak lainnya yang direbus atau dikukus, menu yang juga mengunakan ikan mas sebagai menu utama adalah dengan cara tidak dimasak.
Arti dalam bahasa batak, naniura adalah ikan yang tidak di masak. Namun rendaman asam jungga yang secara kimiawi kemudian mengubah ikan mentah menjadi tidak terasa amis dan siap disajikan. Ingin mencoba?

sp/henry sitinjak

Bahan-Bahan :

0,5 kilogram ikan mas
3 biji asam jungga
0,25 ons andaliman
1 onskemiri
5 cm lengkuas
5 cm kunyit
2 ikat rias
5 siung bawang merah
3 siung bawang putih
setengah ons cabe merah
Cara memasak :
1. Ikan mas dibersihkan dari sisik, kemudian ikan dibelah dua dari punggung ikan. Duri ikan dikeluarkan semuanya. Sesudah bersih, ikan digarami dan diasami. Dibiarkan selama 5 jam.
2. Kemiri di gongseng, dibiarkan dulu. Jahe, kunyit, bawang merah dan putih di goreng. Kemudian rias dikukus, sedangkan cabe digiling. Seluruh bumbu kemudian diulek (tumbuk).
3. Bumbu dimasukkan atau diolesi ke permukaan ikan. Biarkan satu jam lagi.
4. Siap dihidangkan

catatan : untuk mendapatkan hasil yang baik, memasak dimulai pagi hari, dan sore dihidangkan

makanan khas batak karo

makanan khas batak karo
Orang karo mempunyai makanan khas yang beda dari pada yang lain,orang karo senang dengan makanan yang pedas-pedas,orang karo juga senang makan darah yang bahasa karonya "getah",makanan khas karo itu adalah:
- cipera
- tasak telu
- terites
- cimpa
- kidu-kidu.

Budaya Batak

Kesenian Batak:

* Gorga
* Uning-uningan

Moccak - Bela diri Pendekar Batak

Mereka menyebutnya sebagai "Moccak".

Dalam sebuah opera Rakyat yang selalu dipertunjukkan dalam mengenang perjuangan Singamangaraja, saat itu saya menontontonnya di Gedung Bioskop Pakkat, diperlihatkan beberapa gerakan Moccak yang memukau itu.

Konon katanya, pasukan kecil Singamangaraja yang bertugas untuk 'pukul dan cegat' (Raid and Hit) kayak pasukan Khusus aja yah, bisa menghilang dari 'radar' Belanda hanya dengan sebuah gerakan dan bacaan; Lailaha Illallah..... (Pemain opera itu memainkannya dengan sebuah semburan api mulut yang sudah dimasukkan minyak ke mulut pemainnya), ini mah kayaknya jurus Melarikan diri ala Ninja Jepang.

Ops.. semua itu tinggal sejarah sekarang. Opera-opera tersebut, dengan bacaan-bacaan yang 'aneh' itupun sudah tidak ada lagi. Saya berusaha mencarinya di web, nah ini dia, sebuah guntingan berita koran bisa menggambarkan sedikit mengenai apa itu Moccak; jurus Rahasia Batak melawan Buladda, Si Bottar Mata i.

Delapan tahun silam, Gubernur Sumatra Utara Raja Inal menetapkan silat Natal jadi duta Sumut ke Festival Silat Nusantara di Selangor, Malaysia. Itulah awal kebangkitan silat Natal dari tidur panjangnya selama ratusan tahun. Silat Natal diperkenalkan dan diajarkan sekitar tahun 1703 M oleh Tuan Syekh A. Fatah, Syekh Abdul Rauf, dan Syekh Malik, lalu diteruskan pula oleh Syekh Ali.

Seperti aliran-aliran silat lainnya, silat Natal juga tidak terlepas dari pengaruh luar. Diduga, silat Natal dipengaruhi oleh silat Minangkabau dan kungfu Cina. Para sesepuh silat Natal pada mulanya mengajarkan ilmu bela diri ini hanya sebatas lingkungan keluarga, kerabat-kerabat dekat dan pemuka-pemuka masyarakat. Dalam perjalanannya kemudian, silat Natal terus berkembang sampai Batahan, Kota Nopan, Sipirok, Padang Sidempuan, Air Bangis, dan Pulau Tello.

Waktu Perang Bonjol meletus pada abad 19, pengikut-pengikut Tuanku Imam Bonjol sebagian besar lari ke Natal minta bantuan para pendekar Natal. Begitu juga waktu perang Batak yang dipimpin Sisingamangaraja XII, para pendekar Natal ikut serta membantu pasukan Batak yang mulai terdesak oleh Belanda. Ditempa Alam Natal adalah kota tua di pantai barat Sumatra Utara sekitar 750 km dari kota Medan. Ini adalah kota asal silat Natal. Kota ini pernah menjadi bandar paling ramai di abad 18. Alam di Natal yang cukup menantang mengasah silat Natal menjadi silat yang paling tangguh di Sumatra Utara.

Hutan belantara yang memagari Natal dihuni oleh beragam jenis binatang buas telah mengilhami lahirnya gerakan-gerakan silat Natal. Karena itu, filosofi silat Natal sangat tegas. Setiap kejadian, harus diselesaikan saat itu juga. Sasaran harus kena dengan telak. Hal ini terlihat dari gerakan silat Natal yang sistematik, terangkai dan melatih refleks. Salah satu ciri khas silat Natal adalah memanfaatkan kecepatan dan kekuatan lawan untuk ‘memakan’ tuannya sendiri. Masuk IPSI Ketua Dewan Pelatih Pengurus Daerah IPSI Sumut JW.

Manik sangat kagum menyaksikan jurus-jurus silat Natal. Selain senang melihat jurus-jurus mematikan dalam silat Natal, ternyata silat Natal juga penuh gerakan aerobik sehingga sangat tinggi kandungan olahraganya. Namun agar Silat Natal dapat dipertandingkan sebagai cabang olahraga, silat ini harus ‘dibenahi’ , diikat oleh peraturan dan dihilangkan unsur magisnya. Silat Natal yang telah diperbarui inilah yang diikutsertakan dalam Festival Silat Nusantara di Selangor yang dibuka Perdana Menteri Malaysia waktu itu, Dr Mahatir Mohammad.

Ketua Umum Perguruan Silat Natako (Natal Tangan Kosong) Yan Bardan mengatakan, babak baru dari kebangkitan silat Natal ini sudah dimulai. Yan dan kawan-kawan asal Natal membenahi organisasi dan memasukkannya di bawah naungan Pengda IPSI Sumut. Untungnya, hingga saat ini masih tersisa tiga pendekar Natal yang sudah dimakan usia.

Mereka adalah Arifinsyah, Syariful Nasution, Chandara Muda. Melalui ketiga pendekar inilah silat Natal dicoba diajarkan pada anak-anak muda agar bisa dilestarikan. Kini, Natako alias Natal Tangan Kosong siap menyongsong masa depan, yang bisa jadi cukup cerah.

Oleh : Alwan MZ
Penulis adalah wartawan olahraga senior

Sumber: http://humbahas.blogspot.com

Tari TOR-TOR

Tari to-tor adalah tarian yang gerakannya se-irama dengan iringan musik (magondangi) yang dimainkan dengan alat-alat musik tradisional seperti gondang, suling, terompet batak, dan lain-lain. Menurut sejarahnya tari tor-tor digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh, dimana roh tersebut dipanggil dan "masuk" ke patung-patung batu (merupakan simbol dari leluhur), lalu patung tersebut tersebut bergerak seperti menari akan tetapi gerakannya kaku. Gerakan tersebut meliputi gerakan kaki (jinjit-jinjit) dan gerakan tangan. Jenis tari tor-tor pun berbeda-beda, ada yang dinamakan tortor Pangurason (tari pembersihan). Tari ini biasanya digelar pada saat pesta besar yang mana lebih dahulu dibersihkan tempat dan lokasi pesta sebelum pesta dimulai agar jauh dari mara bahaya dengan menggunakan jeruk purut. Ada juga tor-tor Sipitu Cawan (Tari tujuh cawan). Tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja, tari ini juga berasal dari 7 putri kayangan yang mandi disebuah telaga di puncak gunung pusuk buhit bersamaan dengan datangnya piso sipitu sasarung (Pisau tujuh sarung). Kemudian tor-tor Tunggal Panaluan merupakan suatu budaya ritual. Biasanya digelar apabila suatu desa dilanda musibah, maka tanggal panaluan ditarikan oleh para dukun untuk mendapat petunjuk solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Sebab tongkat tunggal panaluan adalah perpaduan kesaktian Debata Natolu yaitu Benua atas, Benua tengah dan Benua bawah

Fungsi dan Pengertian Tuak Dalam Masyarakat Batak

Tuak merupakan sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren ( Arenga pinnata). Kalau dalam bahasa Indonesia, sadapan dari enau atau aren disebut nira. Nira tersebut manis rasanya, sedangkan ada dua jenis tuak sesuai dengan resepnya, yaitu yang manis dan yang pahit (mengandung alkohol).

Hatta Sunanto [1983:17], seorang Insinyur pertanian, menerangkan:

Di Indonesia, tanaman aren dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi pada daerah-daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800m di atas permukaan laut. Pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500m dan lebih dari 800m, tanaman aren tetap dapat tumbuh namun produksi buanya kurang memuaskan.

Pohon enau atau aren dinamai bagot dalam bahasa Batak Toba. Di kecamatan Balige yang berketinggian sekitar 900m di atas permukaan laut, banyak bagot tumbuh sendiri. Dan bagot inilah yang tetap digunakan untuk menyadap tuak. Sedangkan di Medan yang hampir sama tingginya dengan permukaan laut, bagot tidak bertumbuh. Oleh karena itu, orang Medan mengambil sadapan dari pohon kelapa. Namun setelah diproses, minuman itu tetap dinamai tuak dalam masyarakat Batak Toba.
Produksi dan Distribusi Tuak

Saya menggambarkan dahulu mengenai produksi dan distribusi tuak di kampung halaman Batak Toba. Sebagaimana telah disinggung di atas, penyadap tuak disebut paragat ( agat = semacam pisau yang dipakai waktu menyadap tuak) dalam bahasa Batak Toba. Setelah dipukul tandan berulang-ulang dengan alat dari kayu yang disebut balbal-balbal selama beberapa minggu, baru dipotong mayangnya. Kemudian membungkus ujung tandan tersebut dengan obat (kapur sirih atau keladi yang ditumbuk) selama dua-tiga hari. Dengan prosedur ini barulah milai datang airnya dengan lancar. Seorang paragat menyadap tuak dua kali sehari, yaitu pagi dan sore.

Tuak yang ditampung pagi hari dikumpulkan di rumah paragat. Setelah ujicoba rasanya, paragat memasukkan ke dalam bak tuak sejenis kulit kayu yang disebut raru supaya cocok rasanya dan alkoholnya. Raru inilah yang mengakibatkan peragian.

Resep membuat tuak berbeda-beda sedikit demi sedikit tergantung para paragat .Resep masing-masing boleh dikatakan "rahasia perusahaan," maka tidak tentu siapa pun bisa berhasil sebagai paragat. Paragat harus belajar dahulu cara kerjanya. Biasanya anak seorang paragat mengikuti orang tuanya untuk belajar "rahasia" tersebut. Sepanjang saya ketahui, tidak ada paragat perempuan, mungkin karena kegiatan paragat sehari-hari yang turun ke jurang, menaiki pohon bagot dan membawa tuak yang tertampung ke kampung sangat keras untuk perempuan. Di desa LNH yang berjumlah kurang lebih 1,000 orang penduduknya, terdapat delapan orang paragat yang aktif. Semuanya ini laki-laki saja.

Sebagian paragat membuka kedai tuak sendiri, tetapi pada umumnya sebagian besar paragat menjual tuak kepada kedai atau agen tuak. Dengan dekimian paragat mendapat uang tunai setiap hari, maka taraf kehidupan paragat lebih tinggi daripada standar di desa LNH.

Di Medan tuak dibawa dari Percut, wilayah yang terletak di luar kota Medan. Di situ ada kebun kelapa khusus untuk mengambil tuak. Cara produksi tuak dari pohon kelapa hampir sama dengan tuak dari bagot.
Kebiasaan Minum Tuak dalam Kehidupan Sehari-hari

Di daerah Tapanuli Utara, biasanya laki-laki yang menyelesaikan kerjanya berkumpul di kedai pada sore hari. Mereka berbincang-bincang, menyanyi, memain kartu, bercatur dan menonton televisi, sambil minum tuak. Pada umumnya seorang petani biasa minum tuak beberapa gelas sehari. Pada tahun 1997 segelas tuak berharga Rp. 300 di desa LNH. Kalau laki-laki, baik yang muda maupun yang tua minum tuak di kedai, tetapi jarang terdapat perempuan yang minum tuak di kedai bersama laki-laki, kecuali pemilik kedai atau isterinya. Ada juga laki-laki yang membeli tuak di kedai dan membawa botol yang terisi tuak ke rumahnya atau ke rumah kawannya untuk minum tuak di situ.

Sedangkan di kota Medan, laki-laki Batak Toba tidak tentu mempunyai kebiasaan minum tuak. Menurut informasi dari beberapa perantau Batak Toba dan observasi serta wawancara di lapo tuak, kebiasaan minum tuak tidak berhubungan dengan status sosial-ekonominya, melainkan berkaitan dengan tahap generasi migran. Dengan kata lain, perantau generasi pertama yang berasal dari Tapanuli Utara lebih cenderung minum tuak di Medan: bukan hanya orang-orang yang berstatus rendah sosial-ekonominya seperti tukang becah, tetapi yang agak tinggi stasus sosial-ekonominya seperti pegawai negeri juga minum tuak. Segelas tuak di Medan harganya kurang lebih Rp. 300 juga.
Pemakaian Tuak pada Kesempatan Tertentu untuk Kaum Wanita

Biasanya kaum wanita Batak Toba tidak minum tuak. Namun demikian, menurut tradisi Batak Toba, wanita yang baru melahirkan anak minum tuak untuk memperlancar air susunya dan berkeringat banyak guna mengeluarkan kotoran-kotoran dari badannya.

Selama saya berada di desa LNH, seorang wanita muda melahirkan anak. Mertuanya menyediakan tuak untuk wanita tersebut, dan dia minum tuak setiap kali merasa haus. Dia minum tuak sebagai gantinya air minum, selama paling sedikit satu minggu setelah melahirkan anak.

Tetapi tidak tentu semua wanita Batak Toba yang baru melahirkan anak minum tuak. Wanita-wanita yang tinggal di kota-kota di perantauan seperti Medan biasanya tidak minum tuak, walaupun melahirkan anak. Mereka lebih cenderung minum bir hitam, susu atau obat sesuai dengan kemampuannya dan kesukaannya untuk memperlancar air susunya.

Wanita tua pada umumnya mengakui bahwa mereka minum tuak ketika melahirkan anak semasa mudanya. Tetapi sebagian wanita muda yang tinggal di kampung tidak pernah minum tuak selama menyusui anaknya. Mereka menjelaskan alasan tidak minum tuak bahwa mereka merasa pening kalau minum tuak.
Penggunaan Tuak dalam Upacara Adat

Tuak yang ada hubungannya dengan adat adalah tuak tangkasan: tuak yang tidak bercampur dengan raru. Tuak aslinya manis. Tuak yang manis disebut tuak na tonggi dalam bahasa Batak Toba. Karena tuak itu berasal dari mayang bagot, maka perlu diketahui legenda keberadaan batang bagot. Seorang tokoh adat yang tinggal di Balige memberitahukan legenda tersebut sebagai berikut:

Putri si boru Sorbajati dipaksa orang tuanya kawin dengan seorang laki-laki cacat yang tidak disukainya. Tetapi karena tekanan orang tua yang sudah penerima uang mahal, si boru Sorbajati meminta agar dibunyikan gendang di mana dia menari dan akan menentukan sikap. Sewaktu menari di rumah, tiba-tiba dia melompat ke halaman sehingga terbenam ke dalam tanah. Kemudian dia menjelma tumbuh sebagai pohon bagot, sehingga tuak itu disebut aek (air) Sorbajati.

Karena perbuatan yang membunuh diri itu dianggap sebagai perbuatan terlarang, maka tuak tidak dimasukkan pada sajian untuk Dewata. Tuak hanya menjadi sajian untuk roh-roh nenek moyang, orang yang sudah meninggal dan sebagainya. Tuak bermasuk sebagai minuman adat pada dua upacara adat resmi, yaitu (1) upacara manuan ompu-ompu dan (2) upacara manulangi.

Ketika orang yang sudah bercucu meninggal, ditanam beberapa jenis tanaman di atas tambak. Tambak pada aslinya merupakan kuburan dari tanah yang terlapis, tetapi kuburan modern yang terbentuk dari semen pula disebut tambak. Menurut aturan adat, air dan tuak harus dituangkan pada tanaman di atas tambak. Tetapi sekarang ini biasanya yang dituangkan hanya air saja, atau paling-paling tuak yang mengandung alkohol.

Dalam upacara manulangi, para keturunan dari seseorang nenek memberikan makanan secara resmi kepada orang tua tersebut yang sudah bercucu, dimana turunannya meminta restu, nasehat dan pembagian harta, disaksikan oleh pengetua-pengetua adat. Pada waktu memberikan makanan harus disajikan air minum serta tuak. Menurut informasi dari tokoh-tokoh adat dan observasi secara langsung, air minum dan tuak dua-duanya tetap disajikan kepada orang tua yang disulangi.

Tulisan di atas adalah Artikel ilmiah dari seorang berkebangsaan Jepang bernama Shigehiro IKEGAMI. Selama enam tahun sejak tahun 1992, beliau mempelajari dinamika sosial dan kebudayaan dalam masyarakat Batak Toba.

SIRAJA BATAK

Siraja Batak punya dua anak:
I. Guru Tatea Bulan
II. Si Raja Isumbaon

Anak dari Guru Tatea Bulan : I.1 Saribu Raja
I.2. Limbong Mulana
I.3. Sagala Raja
I.4. Malau Raja

I.1 SARIBU RAJA:

I.1.1. Si Raja Lontung (Lontung Sisia sada Ina)
I.1.1.1. Toga Sinaga (Bonor, Ompu Ratus, Uruk)
2. Toga Situmorang (Pande, Lumban Nahor, Suhut ni Huta, Siringoringo, Rumapea, Sitohang)
3. Toga Pandiangan ( Pandiangan, Samosir, Gultom, Harianja, Pakpahan, Sitinjak)
4. Toga Nainggolan : a. Toga sibatu (Sibatuara, Parhusip)
b. Toga Sihombar (Lbn. Nahor, Lbn. Tungkup, Lbn. Raja, Lbn. Siantar, Hutabalian)
5. Toga Simatupang (Togatorop, Sianturi, siburian)
6. Toga Siregar (Silo, Dongoran, Silali/Ritonga/sormin, Siagian)
7. Toga Aritonang (Ompu Sunggu, Rajagukguk, Simaremare)

I. 1. 2. Si Raja Borbor :
(Pasaribu, Harahap, Parapat, Matondang, Sipahutar, Tarihoran, Saruksuk, Lubis, Batubara,
Pulungan,Hutasuhut, Daulay).

I. 2. LIMBONG : - Palu Onggang
- Langgat Limbong

I.3. SAGALA
(Hutaruar, Hutabagas, Hutaurat)

I.4. MALAU RAJA
(Pase, Nilambean, Manik&Damanik, Ambarita, Gurning)


Anak Dari Si Raja Isumbaon : II. 1. Tuan Sorimangaraja
II. 2. Si Raja Asiasi
II. 3. Sangkar Somalidang

II.1.1. Naimbataon atau PARNA (Parsadaan Raja Nai Ambaton)
II.1.1.1. Simbolon Tua (Simbolon, Tinambunan, Tumanggor, Turutan, Pinayungan, Maha, Nahampun)
2. Tamba Tua (Tamba, Sidabutar, Sidabalok, Siadari, Sijabat)
3. Munte Tua (Munte, Sitanggang, Sigalingging)
4. Saragi Tua (Saing, Simalango, Simarmata, Nadeak, Sidabungke, Rumahorbo, Sitio, Napitu)


II.1.2. NAIRASAON
II.1.2.1. Manurung
2. Sitorus
3. Sirait
4. Butarbutar

II.1.2.3. NAISUANON : * Tuan Sorba Dibanua
* Raja Tunggul
A. Tuan Sorba Dibanua
1. Sibagot Nipohan : a. Tuan Sihubil (Tampubolon)
b. Tuan Dibangarna (Panjaitan, Silitonga, Siagian, Sianipar)
c. Tuan Somanimbil (Siahaan, Simanjuntak, Hutagaol)
d. Sonak Malela (Simangunsong, Marpaung, Napitupulu, Pardede)
2. Sipaet Tua (Hutahaean, Aruan, Hutajulu, Sibarani, Sibuea, Pangaribuan, Hutapea)
3. Silahi Sabungan (Silalahi, Sihaloho, Situngkir, Sondi, Sinabutar, Sinabariba, Sinabang, Pintubatu,
Tambun, Tambunan)
4. Si Raja Oloan (Naibaho, Sihotang, Bakkara, Sinambela, Sihite, Manullang)

B. Raja Tunggul
1. Si Raja Sobu (Sitompul, Hasibuan, Hutabarat, Panggabean, Simorangkir, Hutagalung, Hutapea/Tobing)
2. Siraja Sumba : a. Sihombing (Silaban, Lumban Toruan, Nababan, Hutasoit)
b. Simamora (Purba, Manalu, Debataraja, Tuan Sumerhan)
3. Siraja Naipospos (Marbun: Lbn.Batu, Banjar Nahor, Lbn. Gaol, Sibagariang, Hutauruk,
Simanungkalit, Situmeang)

Falsafah Batak

Secara umum, suku Batak memiliki falsafah adat Dalihan Natolu yakni Somba Marhulahula (hormat pada pihak keluarga ibu/istri), Elek Marboru (ramah pada keluarga saudara perempuan) dan Manat Mardongan Tubu (kompak dalam hubungan semarga). Dalam kehidupan sehari-hari, falsafah ini dipegang teguh dan hingga kini menjadi landasan kehidupan sosial dan bermasyarakat di lingkungan orang Batak (Silindung-Samosir-Humbang-Toba).

Kepercayaan

Batak telah menganut agama Kristen Protestan yang disiarkan oleh para Missionaris dari Jerman yang bernama Nomensen pada tahun 1863. Gereja yang pertama berdiri adalah HKBP (Huria Kristen Batak Protestan)di huta Dame, Tarutung. Sekarang ini gereja HKBP ada dimana-mana di seluruh Indonesia yang jemaatnya mayoritas suku Batak (Silindung-Samosir-Humbang-Toba).Sebelum suku Batak menganut agama Kristen Protestan, mereka mempunyai sistem kepercayaan dan religi tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaanNya terwujud dalam Debata Natolu

Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak mengenal tiga konsep, yaitu:

Tondi adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan.Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.
Sahala adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula.
Begu adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam.

Beberapa begu yang ditakuti oleh orang Batak, yaitu:

  • Sombaon, yaitu begu yang bertempat tinggal di pegunungan atau di hutan rimba yang gelap dan mengerikan.
  • Solobean, yaitu begu yang dianggap penguasa pada tempat tempat tertentu
  • Silan, yaitu begu dari nenek moyang pendiri huta/kampung dari suatu marga
  • Begu Ganjang, yaitu begu yang sangat ditakuti, karena dapat membinasakan orang lain menurut perintah pemeliharanya.

Demikianlah religi dan kepercayaan suku Batak yang terdapat dalam pustaha, yang walaupun sudah menganut agama Kristen, dan berpendidikan tinggi. Namun orang Batak belum mau meninggalkan religi dan kepercayaan yang sudah tertanam di dalam hati sanubari mereka. Ada juga kepercayaan yang ada di Tarutung tentang ular (ulok) dengan boru Hutabarat bahwa boru Hutabarat tidak boleh dikatakan cantik di Tarutung. Apabila dikatakan cantik maka nyawa wanita tersebut tidak akan lama lagi, menurut kepercayaan orang itu.

SEJARAH BATAK

Versi sejarah mengatakan Si Raja Batak dan rombongannya datang dari Thailand, terus ke Semenanjung Malaysia lalu menyeberang ke Sumatera dan menghuni Sianjur Mula Mula, lebih kurang 8 km arah Barat Pangururan, pinggiran Danau Toba sekarang. Versi lain mengatakan, dari India melalui Barus atau dari Alas Gayo berkelana ke Selatan hingga bermukim di pinggir Danau Toba.

Diperkirakan Si Raja Batak hidup sekitar tahun 1200 (awal abad ke-13). Raja Sisingamangaraja XII salah satu keturunan Si Raja Batak yang merupakan generasi ke-19 (wafat 1907), maka anaknya bernama Si Raja Buntal adalah generasi ke-20.

Batu bertulis (prasasti) di Portibi bertahun 1208 yang dibaca Prof. Nilakantisasri (Guru Besar Purbakala dari Madras, India) menjelaskan bahwa pada tahun 1024 kerajaan COLA dari India menyerang SRIWIJAYA yang menyebabkan bermukimnya 1.500 orang TAMIL di Barus.

Pada tahun 1275 MOJOPAHIT menyerang Sriwijaya, hingga menguasai daerah Pane, Haru, Padang Lawas. Sekitar tahun 1.400 kerajaan NAKUR berkuasa di sebelah Timur Danau Toba, Tanah Karo dan sebagian Aceh.

Dengan memperhatikan tahun dan kejadian di atas diperkirakan:

  • Si Raja Batak adalah seorang aktivis kerajaan dari Timur Danau Toba (Simalungun sekarang), dari Selatan Danau Toba (Portibi) atau dari Barat Danau Toba (Barus) yang mengungsi ke pedalaman, akibat terjadi konflik dengan orang-orang Tamil di Barus.
  • Akibat serangan Mojopahit ke Sriwijaya, Si Raja Batak yang ketika itu pejabat Sriwijaya yang ditempatkan di Portibi, Padang Lawas dan sebelah Timur Danau Toba (Simalungun).
  • Sebutan Raja kepada Si Raja Batak diberikan oleh keturunannya karena penghormatan, bukan karena rakyat menghamba kepadanya.

Demikian halnya keturunan Si Raja Batak seperti Si Raja Lontung, Si Raja Borbor, Si Raja Oloan, dsb. Meskipun tidak memiliki wilayah kerajaan dan rakyat yang diperintah.

Selanjutnya menurut buku TAROMBO BORBOR MARSADA anak Si Raja Batak ada 3 (tiga) orang yaitu :

  1. GURU TETEABULAN
  2. RAJA ISUMBAON
  3. TOGA LAUT

Dari ketiga orang inilah dipercaya terbentuknya Marga-marga Batak.

Sumber:

Disarikan dari buku “LELUHUR MARGA MARGA BATAK, DALAM SEJARAH SILSILAH DAN LEGENDA”. Cetakan ke-2 (1997) oleh : Drs Richard Sinaga, Penerbit Dian Utama, Jakarta.

Sejarah, Nilai Budaya, dll. Tentang Batak

http://www.habatakon01.blogspot.com adalah blogspot yang menyajikan & mengulas berbagai hal ( sejarah, nilai budaya, aksara (makna dan sejarah aksara batak), benda-benda pusaka batak, umpasa dalam berbagai upacara, filsafat tentang hubungan kekerabatan, falsafah manusia Batak dengan alam, tentang tuak dalam masyarakat Batak, filsafat tentang kebiasaan-kebiasaan dalam upacara adat, tentang marga dan tarombo, berbagai legenda di tanah Batak, ragam bahasa & sub etnis Batak, geografis, dll.) tentang suku bangsa Batak baik di Tanah Batak, dalam negeri, bahkan di seluruh penjuru di dunia ini.

Habatakon01.blogspot.com juga memaparkan historis tentang Legenda Raja Sisingamangaraja dan sejarah pejuangannya hingga akhir hanyatnya dan kedua putra dan putri yang sangat disayanginya yang turut gugur dalam pertempuran melawan kolonial Belanda, abangnya yang bernama Ompu Parlopuk yang juga gugur ketika melancarkan perang Gerilya, dan keluarganya yang lain.

Sejarah Batak

Penulisan Sejarah Batak

Banyak orang menyangka bahwa penulisan sejarah Batak baru dimulai pada abad ke-20. Hal ini dapat dimaklumi karena buku-buku yang beredar di tengah-tengah masyarakat ditulis oleh pakar-pakar sejarah yang terperangkap dalam misi dan pemahaman sekitar zaman Belanda dan peran-perannya dalam masyarakat Batak.

Namun, bila kita cermati dengan sungguh-sungguh, penulisan sejarah Batak sebenarnya telah lama dilakukan setidaknya sejak berabad-abad yang lalu oleh para sultan dan cendikiawannya, jauh sebelum buku-buku versi Belanda mendominasi perpustakaan-perpustakaan nasional.

Naskah-naskah sejarah Batak tersebut merupakan kunci utama dalam mengungkap apa yang disebut dengan misteri dan legenda-legenda dalam buku modern sekarang ini. ‘Misteri dan legenda’ tersebut muncul akibat dari persepsi sempit yang banyak dianut oleh para pakar modern yang malah dianggap sebagai buku pegangan.

Gejala yang paling lucu dari penulisan sejarah tersebut adalah dengan mengganggap buku pegangan tersebut sebagai acuan mutlak dan mulai mengembangkannya dengan ‘teori-teori’ yang sepertinya masuk akal dengan berbagai hipotesa dari zaman-zaman yang paling langka. Sepertinya ada kesengajaan untuk melompati dan melangkahi zaman pertengahan, saat zaman sebelumnya langsung dihubungkan dengan zaman sekarang. Yang sudah barang tentu menghasilkan sebuah kesimpulan yang sangat keliru.

Contoh utama dari pemahaman itu, terdapat dalam pemahaman tokoh Raja Uti, Jonggi Manoar dan lain sebagainya yang malah menimbulkan bias yang sangat jauh, sampai-sampai malah memperkaburkan sejarah tersebut.

Hilangnya peran kosakata Barus dan beberapa negeri lainnya dalam pembahasan sejarah Batak modern ini, telah menciptakan gap-gap dan lobang-lobang yang menganga dalam penulisan sejarah sehingga sejarah Batak menjadi eksis tanpa bentuk.

Peran kesultanan Barus-baik individu lingkar elit maupun masyarakat cendikiawan di dalamnya- dalam penulisan sejarah yang selama ini diendapkan, sebenarnya sangat signifikan dalam membantu memahami sejarah kuno Batak tanpa hipotesa-hipotesa yang kelihan benar tapi sangat ngawur.

Beberapa naskah yang berhasil dikumpulkan saat masih berkuasanya kesultanan-kesultanan di Barus adalah:

Asal Turunan Raja Barus

Naskah ini sekarang berada di Bagian Naskah Museum Nasional Jakarta dengan no. ML 162. Dalam katalog van Ronkel naskah ini bernomor Bat. Gen. 162.

Naskah ini menguraikan keturunan, pemukiman dan hukum-hukum raja-raja Barus. Dengan beberapa kekecualian, kumpulan naskah itu mengenai pemukiman dan sejarah keluarga raja-raja Barus di Hulu.

Bagian awal menceritakan perkembangan dan mobilitas orang Batak marga Pohan dan Pardosi, daerah-daerah yang mereka buka dan bangun, peperangan dan perebutan wilayah dengan marga lain dan lain sebagainya.

Semuanya dijilid menjadi satu buku unkuran folio dengan sampul karton. Bagian-bagiannya kebanyakan ditulis dengan tinta, dengan huruf Arab Melayu atau yang sering juga disebut dengan tulisan Jawi.

Di naskah ini juga didapat sejarah Negeri Rambe, hubungan diplomasi dan perdagangan antara Aceh dan Tanah Batak, antara Kesultanan Barus dan orang-orang Toba, Dairi, Pusuk Buhit, Bakkara, Lintong, Tukka, marga Pasaribu dan Naipospos. Naskah ini sendiri dimulai dengan sebuah pembukaan “Inilah hikayat cerita Barus permulaannya Batak datang dari Toba dari suku Pohan seperti tersebut di bawah ini.”

Dari penjelasan mengenai Negeri Rambe, didapat sebuah pemahaman mengapa marga Pohan dan Pardosi yang menjadi pembuka dan raja di tempat tersebut, menjadi sangat sedikit jumlahnya.

Hal yang penting adalah tercatatnya sejarah keluarga raja-raja Hulu di Barus, silsilah dan tarombonya, dan beberapa aturan dan perundang-undangan dalam kesultanan yang sangat berguna dalam kelangsungan eksistensi pemerintahan saat itu.

Juga terdapat fasl-fasal mengenai adat istiadat dan tatakrama dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan dalam pengangkatan raja dan para pejabat negara seperti penghulu, kebiasaan dalam pemakaman dan lain sebagainya seperti perjanjian-perjanjian kenegaraan dan adat.

Selain yang bersangkutan dengan raja-raja hulu, naskah ini juga mencatat sejarah dinasti yang memerintah di hilir.

Hikayat Cerita

Naskah yang berisi sejarah dan perjalanan Raja Hulu dan alasan-alasan utama dalam kebijakan-kebijakan pemerintahannya dalam mengambil keputusan dan pertimbangan-pertimbangan lainnya yang bersangkutan dengan tata kelola pemerintahan.

Sejarah Tuanku Batu Badan

Naskah ini dimiliki oleh Zainal Arifin Pasariburaja yang kemudian dibahas oleh Jane Drakard, berisi mengenai segala sesuatu tentang Kesultanan Barus Hilir yang sering juga disebut orang sebagai Negeri Fansur.

Naskah ini juag menjadi pusat data dan dokumentasi ibukota kesultanan Barus Hilir yang sekarang ini sudah mulai menghilang dari permukaan bumi, baik yang disebabkan oleh alam maupun tangan-tangan manusia. Juga terdapat sejarahawal terbentuknya pemerintahan Raja Berempat atau Raja Na Opat di Negeri Silindung.

Di dalamnya terdapat banyak sejarah mengenai hubungan pertalian adat dan budaya antara Barus dan Minang dan bahkan beberapa raja-raja hilir memerintah sampai ke negeri Tarusan di Tanah Minang seperti Sultan Main Alam Pasaribu mengikuti jejak leluhurnya Sultan Ibrahimsyah Pasaribu.

Hikayat Keturunan Raja di Kuria Ilir

Ditulis di Barus pada tanggal 26 Februari 1896 oleh Sultan Alam Syah untuk kepentingan Belanda. Naskah ini pernah dikutip oleh K.A. James dalam sebuah bukunya di tahun 1902.

Hikayat Raja Tuktung

Naskah ini disimpan dalam koleksi di Perpustakaan Universitas Leiden dengan nomor Co. Or 3205 pt. B. Naskah ini merupakan kunci penting dalam penelusuran beberapa sejarah Batak Toba, khususnya Negeri Rambe. Kemasyhuran Raja Tuktung dari Tukka tidak saja di seantero Kesultanan Barus tapi juga di hampir seluruh tanah Batak. Nama Raja Tuktung banyak dikutip di beberapa naskah maupun pustaha-pustaha kuno Batak namun secara tidak lengkap.

Panjangnya 42 halaman berisi syair-syair indah menggunakan Arab Melayu alias Jawi. Naskah ini sangat jelas dalam menjelaskan kronologi sejarah permulaan Barus dan hubunganya dengan Tanah Batak pada umumnya serta hubungan erat keduanya dengan Aceh. Juga terdapat dokumentasi insiden peperangan antara Aceh dan Barus yang berakibat kepada kematian Sultan Ibrahimsyah Pasaribu.

Asal-Usul

Asal-Usul

Menurut kepercayaan bangsa Batak, induk marga Batak dimulai dari Si Raja Batak yang diyakini sebagai asal mula orang Batak. Si Raja Batak mempunyai 2 (dua) orang putra yakni Guru Tatea Bulan dan Si Raja Isumbaon. Guru Tatea Bulan sendiri mempunyai 5 (lima) orang putra yakni Raja Uti (Raja Biakbiak), Saribu Raja, Limbong Mulana, Sagala Raja dan Malau Raja. Sementara Si Raja Isumbaon mempunyai 3 (tiga) orang putra yakni Tuan Sorimangaraja, Si Raja Asiasi dan Sangkar Somalidang.

Dari keturunan (pinompar) mereka inilah kemudian menyebar ke segala penjuru daerah di Tapanuli baik ke utara maupun ke selatan sehingga munculah berbagai macam marga Batak. Semua marga-marga ini dapat dilihat kedudukan dari Si Raja Batak di [Tarombo Online].

Legenda mengenai bagaimana Si Raja Batak dapat disebut sebagai asal mula orang Batak masih perlu dikaji lebih dalam.

Sebenarnya Kabupaten Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Tobasa, dan Samosir sekarang tidaklah semuanya Toba.Sejak masa Kerajaan Batak hingga pembagian wilayah yang didiami suku Batak ke dalam beberapa distrik oleh Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Tanah Batak dibagi menjadi 4 (empat) bagian besar, yaitu:

1. Samosir (Pulau Samosir dan sekitarnya)

Cth: marga Simbolon,Sagala, dsb

2. Toba (Balige, Laguboti,Porsea, Parsoburan, Sigumpar, dan sekitarnya)

Cth: marga Sitorus, Marpaung, dsb

3. Humbang (Dolok Sanggul, Lintongnihuta, Siborongborong, dan sekitarnya)

Cth: marga Simatupang Siburian, Sihombing Lumban Toruan, dsb

4. Silindung (Sipoholon, Tarutung, Pahae, dan sekitarnya)

Cth: marga Naipospos (Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, Situmeang, Marbun), Huta Barat,dsb

Hubungan Antar Marga

Hubungan antar marga di masing-masing suku Batak berbeda jenisnya. Pada Suku Batak (Samosir-Toba-Humbang-Silindung) hubungan marga ini dapat dilihat dari asal muasal marga tersebut pada garis keturunan Raja Batak.
Semakin dekat dengan Raja Batak, maka semakin dituakanlah marga tersebut.

Satu hal yang pasti, 2 orang yang bermarga sejenis (tidak harus sama) secara hukum adat tidak diperbolehkan untuk menikah. Pelanggaran terhadap hukum ini akan mendapat sangsi secara adat.

Tidak ada pengklasifikasian tertentu atas jenis-jenis marga ini, namun marga-marga biasanya sering dihubungkan dengan rumpunnya sebagaimana [[Bahasa Batak]]. Misalnya Simatupang merupakan perpaduan dari putranya marga Togatorop, Sianturi, dan Siburian yang ada di wilayah '''HUMBANG'''. Naipospos merupakan perpaduan dari kelima putranya yang secara berurutan, yaitu marga Sibagariang, Huta Uruk, Simanungkalit, Situmeang, dan Marbun yang berada di wilayah '''SILINDUNG''', dan sebagainya.
{{br}}

Tarombo

Silsilah atau tarombo merupakan cara orang batak menyimpan daftar silsilah marga mereka masing-masing dan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi orang Batak. Bagi mereka yang tidak mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai "orang Batak kesasar" (nalilu). Orang Batak khusunya lelaki diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal nenek moyangnya yang menurunkan marganya dan teman semarganya (dongan tubu). Hal ini diperlukan agar mengetahui letak kekerabatannya (partuturanna) dalam suatu klan atau marga.

Beberapa contoh artikel yang membahas tarombo dari marga-marga Batak yaitu:

  • Silaban
  • Raja Naipospos, yang mempunyai lima putera dan menurunkan marga Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, Situmeang, Marbun Lumban Batu, Marbun Banjar Nahor, Marbun Lumban Gaol
  • Si Opat Pusoran, yang menurunkan marga Hutabarat, Panggabean, Simorangkir, Hutagalung, Hutapea, Lumban Tobing

bentuk klan adalah berupa suatu kumpulan orang per orang yang mempunyai satu bapak dan bisa beberapa ibu, karena suku batak menganut parternalistik